Wedding Dress.
Impian seseorang yang menjadi kenyataan :)
Pagi yang indah, tak seperti biasanya pagi ini aku telah
mengenakan dress yang sangat cantik, dengan di balut make up yang simple namun
terlihat cantik. Hari ini adalah hari pernikahan temanku, aku di undang sebagai
pendanping mempelai wanita. Aku bahagia bias jadi pendamping mempelai wanita,
tapi aku akan lebih bahagia lagi kalau aku lah yang akan ada di altar dan
mengucapkan janji pernikahan. Entah mengapa aku tak pernah bosan dengan mimpiku
pada saat aku kecil ini, ya mimpiku menjadi seorang pengantin. Aku menginginkan
hal itu karena aku pikir menjadi pengantin itu sangat indah dan special,
mengenakan gaun yang berebeda dengan orang yang ada di sekitar
pengantin,mengenakan cincin yang di pakaikan oleh seseorang yang dicintai, dan
menurutku orang yang sudah menikah itu terlihat lebih dewasa dan lebih cantik.
Lupakan lah hal itu, kita kembali lagi kepernikahan temanku. Setelah
mengucapkan janji sehidup semati untuk menjadi suami istri mereka melakukan
ciuman. Hal yang biasa di acara pernikahan bagi sang pengantin.
Waktu menunjukan pukul 10:00 malam,sudah semakin sedikit
juga para tamu yang berdatangan aku memutuskan untuk pulang saja lagi pula aku
sudah sejak pagi berada disini. Ketika aku sampai dirumah aku langsung
mandi,karena tubuhku yang lengket dengan keringat membuat tak nyaman jika aku
langsung tertidur. Setelah aku selesai mandi aku merebahkan tubuhku di atas
kasur, tak sadar aku tertidur. “grrrr,,grrrrr,,grrr”,getaran handphone yang
berbunyi membuatku terbangun kembali dari tidur.
“siapa yang nelpon malam-malam gini” eluhku, ketika kulihat
itu dari pacarku
“happy birthday” teriak seorang laki laki dar sebrang telpon
sana. Aku tak sadar kalau ini menunjukan pukul 00:01, dan aku tak ingat pula
kalau hari ini aku ulang tahun yang ke 24.
“hei,Happy birthday” teriaknya lagi
“oh,makasih,yang. Koq bias inget sih, aku aja hamper lupa
ulang tahunku sendiri loh.”
“yaiyalah,aku pasti inget, coba kamu buka pintu kamar kamu.”
“males ah, emang ada apa?”
“udah deh buka aja”
Aku berjalan membuka pintu kamarku. Ketika ku buka ternyata
pacarku dan orangtuaku sudah ada di balik pintu itu dan membawakan kue ulang
tahun dengan lilin bertuliskan 24. Aku takbisa berkata apa-apalagi aku langsung
memluk pacarku,dan kedua orang tuaku.
“happy birthday,saying semoga panjang umur” kata ibuku
Aku hanya mengangguk dan menjawab dengan pelan “thanks mom”
“tiup lilinnya dong,dan jangan lupa make a wish” kata
pacarku.
Aku langsung meniup lilin dan membuat harapan bsemoga aku
bias menikah dengan pacarku ini tahun depan tepat saat ulang tahunku yang ke
25. Setelah aku meniup lilin aku langsung memotong kue dan memberikan suapan
pertama kepada orang tuaku, dan kepada pacarku tentunya.
5 bulan kemudian… setelah
hari ulang tahunku. Pacarku datang kerumah dengan pakaian yang sangat
rapi, aku mersa aneh tak seperti biasanya pacarku berpenampilan seperti itu.
Aku langsung berlari mengampirinya. Dia langsung berlutut di hadapantu dan
mengeluarkan kotak yang bersi cincin dan dia memintaku untuk menjadi istrinya.
Aku kaget aku tak bias berkata-kata aku langsung ikut berlutut bersama
kekasihku dan memakai cincin yang di berikan oleh pacarku itu.
Setelah pacarku melamarku,aku mulai memikirkan tanggal
pernikahan,gaun pernikahan. Aku tak percaya mimpiku waktu kecil akan segera
terwujud. Aku ingin menikah di hari ulang tahunku yang ke 25, tapi itu terlalu
lama. Jadi kami mmutuskan untuk menikah 2 bulan lagi,tanggal 14 februari, atau
hari valentine. Aku mulai melakukan pemilihan gedung untuk resepsi, gereja
untuk pemberkatan, dan yang sangat penting yaitu gaun pernikahan. Aku ingin
gaun pernikahan yang berbeda dari yang pernah aku lihat, aku memilih gaun yang memilki kerudung yang panjangnya
sekitar 5 meter, itu memang panjang dan aku ingin memiliki gaun pengantin yang
berbeda. Aku dan pacarku setelah memilih dan mengukur bajau pengantin. Kami
langsung menuju gedung yang ingin kami pakai untuk resepsi. Setelah sampai kami
langsung bertemu dengan resepsionis gedung itu, kami mengobrolkan tentang hal
untuk menyewa gedung ini. Tapi tiba tiba aku merasa capek sekali, wajahku
terlihat pucat dari tadi pagi. Mungkin aku sakit karena terlalu capek
mengerjakan hal ini. Keesokan harinya aku benar benar sakit aku hanya terbaring
di kasur, ketika pacarku datang untuk menanyaiku tentang gereja yang akan di
pakai untuk pemberkatan. Aku meminta maaf kepada dia karena aku tak bias
menemaninya. Dan diapun memakuluminya karena aku sedang sakit. Kami melakukan
hal ini dengan cepat karena pacarku untuk 3 minggu kedepan akan keluar negeri
untuk berkerja. Satu minggu sebelum pernikahan dia baru pulang lagi
keindonesia. Mungkin saat aku nanti menikah dengannya aku akan selalu sering
pergi keluar negeri. ^^.
Seminggu kemudian,, gedung,gereja dan gaun pernikahan sudah
siap hanya tinggal makanan saja yang belum. Menurutku itu soal yang mudah,akan
ku kerjakan saja sendiri. Pacarku sekarang sudah pergi keluar negeri. Aku masih
sakit,enatah kenapa tak seperti biasanya aku sakit selama ini. Padahal aku
hanya sakit kepala. Aku diantar oleh ibuku untuk memeriksakan keadaanku ini
kedokter. Setelah beberapa saat aku keluar dari ruang pemeriksaan. dan ketika
ibuku keluar dengan dokter yang tadi memeriksaku,aku melihat ibuku wajahnya
seperti menahan air mata untuk keluar. Ketika dia menghampiriku dan mengajakku
untuk pulang. Tapi aku bertanya “apakah aku baik baik saja ?”
Ibuku terdiam sejenak sambil menatap wajahku, lalu menjawab
“ya,kamu baik-baik saja,nak”
“lalu,kenapa wajah ibu seperti itu”tanyaku lagi,seolah ada
yang di sembunyikan oleh ibuku.
“gak,gak apa-apa koq, tak usah khawatir”
Setelah kami sampai dirumah, ibuku langsung menuju kamar.
Aku juga langsung ke kamar dan kembali untuk beristirahat. Tapi aku merasa
haus, aku lantas mengambil air kedapur, terdengar seperti ada seseorang yang
menagis. Aku menyusuri asal suara tangisan itu. Asalnya dari kamar orang tuaku.
Aku langsung membuka pintu itu,dan melihat ibuku yang sedang menangis tersedu
sedu. Aku langsung menghampiri ibu dan berkat “kenapa ?,apa aku mempunyai
penyakit lain ?”
Dengan suara yang masih tersedu-sedu ibuku menjawab “kamu
harus tegar ya nak, sebentar lagi kamu menikah.”
“kenapa aku harus tegar ?”
Ibuku memelukku dan mengatakan “ kamu mempunyai kangker,
kangker otak stadium akhir”
Sekarang aku yang terdiam,tak percaya apa yang di katakana
oleh ibuku itu. Apa dia sedang bercanada kepadaku. Tapi tak mungkin dia
bercanda tentang hal yang seperti ini.
“dokter memvonis kamu hanya akan hidup tak lebih dari 2
bulan” kata ibuku yang semakin erat memelukku.
Aku masih tak percaya,aku menangis dan melepaskan pelukan
ibuku dan langsung berlari kekamarku. Aku menagis dengan keras, aku tak percaya
hal ini terjadi padaku aku tak percaya.
2 minggu kemudian,sehari sebelum pacarku kembali ke
Indonesia.dan 1 minggu sebelum acara pernikahan. Aku berada di rumah sakit
dengan keadaan yang lemah,rambutku sudah tiada. Aku tak tahu apa yang akan
terjadi dengan pernikahanku,aku tak tahu apa yang akan terjadi jika pacarku
tahu konsidisi ku saat ini. Aku memang tak memberitahunya,aku ingin dia
melihatku secara langsung. Aku semakin lemah tak kuat untuk bergerak,kepalaku
yang terus merasakan sakit kepala yang teramat sakit. Rambutku sudah tak akan
tumbuh lagi.
Keesokan harinya aku mendapat sms dari pacarku kalau dia
sudah sampai di Indonesia. Aku hanya membalasnya dengan tanda senyum,dan
menyurunya untuk dating kerumah sakit. Setelah beberapa jam sms itu aku kirim
dia datang kerumah sakit dengan membawakan bunga. Ketika dia melihat kondisiku
seperti ini dia langsung memelukku dan menciumku. Aku tak habis pikir dengan
pacarku ini, apakah dia masih menyayangiku walaupun kondisiku seperti ini. Aku
meneteskan air mata kaarena hal ini.
“batalkan saja pernikahan kita,dan carilah wanita lain,
hidupku sudah tak lama lagi”
Dia tak menjawabnya dia hanya menangis di hadapanku.
“sudahlah jangan menangis, kau terlihat jelek” candaku
kepadanya
Dia terlihat tersenyum dan menjawab “tidak,aku akan tetap
bersamamu”
“tapi.-“ sebelum aku menyelesaikan perkataanku dia berkata
kembali. “aku tak perduli seberapa lama lagi kau akan hidup, aku hanya ingin
bersamamu dan menikah denganmu.”
Aku tak tahan lagi dan aku akhirnya mengeluarkan air mata.
Aku sangat bahagia tuhan telah memberikanku seorang lelaki yang seperti dia.
Setiap hari dia datang menjengukku dan menghiburku,tapi aku
semakin lemah saja, aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Besok adalah hari
pernikahanku. Gedung yang telah di sewa,gereja yang telah di pesan dan gaun
yang telahku pesan. Harus terbuang begitu saja. Aku menangis. Apakah impianku
saat kecil tak akan pernah terkabul ?
Hari pernikahan yang seharunya terjadi saat ini, aku hanya
bias tertidur lemah di kasur rumah sakitku. Ketika waktu menjukan pukul 09:00
pagi. Aku melihat seorang pria yang menghampiriku memakai jas yang sangan rapi
seperti orang yang akan melakukan pernikahan, ketika dia semakin dekat dia ternyata
adalah pacarku.
“ayo kita menikah” katanya sambil memasang senyum dengan
mata yang berkaca-kaca
Aku tak menjawabnya dan hanya meneteskan air mata.
“aku juga membawa pendeta dan gaun yang telah kau pilih
untuk pernikahan kita, cepat pakai. Kita kan menikah disini”
Aku tak percaya apa yang telah di katakana oleh pacarku itu.
Ketika aku melihat kedua orang tuaku yang tadi keluar tenyata mereka mengganti
pakaian mereka,mereka terlihat rapi sekali. Aku akhirnya di pakaikan baju oleh
ibuku,gaun pengantin yang beda dari yang pernahku lihat akhirnya terpakai
olehku walaupun jadi sedikit kebesaran karena aku semakin mengecil. Aku
tertidur di kasurku dan pacarku duduk di sampingku, pendeta itu memulai upacar
pernikahan. Pacarku mengucapkan janji. Aku pun mengucapkan janji yang sama
walaupun agak lama karena aku sudah tak bias berkata dengan cepat. Setelah
selesai mengucapkan janji kami berciuman. Aku tak pernah terpikir akan menikah
di tempat yang seperti ini. Tapi aku bahagia akhirnya impian masa kecilku akhirnya
tercapai. Walaupun aku tak bias merasakan malam pertama karena kondisiku yang
tak memungkinkan untuk hal itu, tapi aku
bahagia bias bersama seorang pria yang telah di turunkan oleh tuhan dari langit
ini.
-epilog-
Setelah seminggu pernikahan kami, pacarku meninggal dengan
tenang. Aku bahagia telah membuat hari hari terakhirnya di dunia sangat
berarti,membuat impian masa kecilnya terkabul. Aku bahagia pernah mencintai
wanita seperti dia. Aku dan kedua orang tuanya sekarang berdiri di makamnya
sambil menangis untuk dirinya. Aku senang melihat hal ini,karena aku sedih
ketika melihat dia selalu kesakitan karena penyakit yang di deritanya. Tuhan
telah mengambilnya,dan aku ikhlas. Selamat jalan aku akan selalu mengingatmu
sebagai wanita yang pernah mengisi hidupku sebagai wanita yang tegar dan kuat
melawan penyakit.
-END-
mohon maaf bila ada kesamaan nama tokok,jalan cerita dan latar,semua ini hanya fiktif belaka. terima kasih telah membaca
0 komentar:
Posting Komentar