CINTA (Cinna & Tarra) : I LOVE ....
by : Yusti Ginanjar
Aku juga menjadi bisu tak tahu apa yang harus aku katakan dan di ucapkan lagi
23 Juli 2004
Saat aku membuka surat yang di berikan oleh wali kelasku, aku langsung berteriak sekencang mungkin karena semua temanku juga melakukan hal yang sama denganku. Hal yang mwmbuat semua teman ku berteriak dan menangis bahagia yaitu adalah kami lulus UN. Tak ada yang aku pikirkan saat itu yang aku pikirkan hanya ingin menangis dan menelpon orang tuaku karena aku yakin orangtuaku bahagia melihat anaknya lulus. Tapi aku tak ingin dulu pulanh dari sekolah, aku hanya mencoret-coret seragam yang aku pakai, hal yang sudah lazim dilakukan pelajar jika lulus. Aku mencoret-coret seragam temanku dan menuliskan tanda tangan di seragamnya. Tapi ada hal yang sedikit berbeda di hari seharusnya semua siswa SMA 30 Bandung bahagia karena semua siswanya Lulus UN, tapi aku tak melihat dia yang selalu ceria dihari-hari seperti biasanya, aku mencari dia, dan sesekali ada temanku yang bertanya. “mau kemana loe,tar? ayo kita kompoy ke jalan sambil naik motor.” Tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman. Aku terus mengelilingi sekolah dan akhirnya aku menemukan sesosok wanita yang sedang terdiam di dalam kelas. Dan dia adalah orang yang aku cari, dia tampak murung dan terdiam tak seperti biasanya dia adalah cewek paling ceria di kelas. Aku mencoba menghampiri dia dan mengatakan “hei lagi apa sendirian disini ? napa gak ikut keluar sama yang lain ? loe gak lulus ya ? “. Tapi Cinna tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan olehku. Aku mencoba kembali mengatakan “eh, jangan marah dong, guekan bercanda.” Tapi cinna tak menjawabnya dan tiba-tiba diamemelukku dan dia menangis dipelukanku. Aku kaget melihat orang yang biasanya ceria dan tak pernah memeluku sambilmenangis di pelukanku. Walaupun aku temen deket cinna tapi cinna tak pernah menangis dan memeluku seperti ini.
Aku mencoba melepaskan pelukan cinna dan memegang tangannya dan bertanya “kenapa nangis ? lihat kamu nangis agak sedikit aneh.”
Dia menjawabnya dengan nada yang tersedu-sedu “gue...gue.. bakalan pindah ke Amerika.”
Aku kaget mendengar jawaban cinna tersebut, dan aku menjawab “hah, Cuma gara-gara itu loe nangis.” Padahal dalam hatiku aku berkata “hah, ke Amerika, itu artinya gue gak bisa ketemu loe lagi.”
Cinna hanya mengangguk dan tak mengeluarkan kata apa-apa. Aku juga menjadi bisu tak tau apa yang harus aku katakan dan di ucapkan lagi. Kami hanya terdiam membuat suasana terasa semakin menyedihkan. Hingga datanglah sahabat kami beruda yaitu milly, dia bertanya kepada cinna.
“cin, elo dari mana aja, gue nyariin elo dari tadi ?” ketika milly melihat cinna menagis lalu dia melontarkan pertanyaan kepadaku “heh tar, elo ngapain si cinna samapai dia nangis gini.?”
Cinna menjawab pertanyaan yang dilontarkan milly untuknya dan untukku. “gue disini dari tdi juga, gak koq tarra gak ngapa-ngapain gue.”
“tuh denger cinna gak diapa-apain kan sama gue.” Jawabku sambil menjitak kepala milly.
“lah, jadi kenapa dong loe cin ? jangan bilang loe gak lulus.” Tanya milly dengan menatap wajah cinna dengan penuh rasa penasaran tentang apa yang membuat cinna menangis.
“makan yuk gue laper nih.” Aku berteriak mencoba mengalihkan perhatian milly. Karena aku tau kalau pertanyaan yang dilontarkan milly kepada cinna, dan cinna menjawabnya dia hanya akan menangis lagi seperti tadi. Tanpa menunggu jawaban dari milly dan cinna aku langsung menarik tangan cinna menuju keluar dari kelas itu. Milly hanya terdiam melihat aku tiba-tiba menarik tangan cinna. “mil,ayo berdiri, jangan diam aja, nanti gue tinggalin nih.” Teriakku kepada milly. Millypun langsung berdiri dan berlari menuju kami. kami berjalan menjacari taksi yang lewat di depan kami. “hei kita mau kemana sih ?” tanya milly.
Aku menjawabnya “ kita mau makan, gue kan udah bilan tadi kalau gue laper.”
“nah, kenapa elo yang laper kudu ngajak kita berdua buat apa ?, elo mau traktir kita berdua ?” tannya milly sambil melihatku dengan muka yang menandakan beberapa pertanyaan yang terlihat dari matanya.
“ya biar gue ada temen, ya pastilah inikan hari terakhir kita ketemu jadi gue bakalan traktir kalian berdua.” Jawabku dengan memberhentikan taksi yang melewat di depan kami. kami langsung menaiki taksi itu. Milly kembali terdiam dan bicara sendiri di luar taksi “hari terakhir kita ketemu, apasih maksudnya.”. “mil ayo naik, nanti elo gue tinggalin lagi.”kataku. milly langsung masuk kedalam taksi dengan muka yang bingung.
Akhirnya taksi berhenti di tempat makan yang sudah biasa kami datangi. Kami memasuki restoran itu dan aku melihat kursi yang kosong di dekat jendela, aku menarik tangan milly dan cinna, dan kami duduk di kursi itu. pelayan wanita datang ke meja kami dan menyuguhkan daptar menu. Aku langsung memesan nasi goreng dengan jus stroberry. Aku bertanya kepada milly dan cinna “kalian mau pesan apa ?”
Cinna berkata “aku sama aja deh.”
“kalau elo mil ?” tanya gue lagi
“kalau gue pengen burger sama pizza aja deh, minumnya jus stroberry” jawab milly dengan senyum lebar di wajahnya. “hehe, enggak koq gue bercanda, gue pesan yang sama kayak kalian aja deh.”
“gila loe mil, gue ampir pingsan, kalau loe beneran pesan itu gue bisa jalan kaki nih ke rumah.” Kataku sambil menatap wajah milly. “ya udah mbak kita pesan 3 nasi goreng sama 3 jus strobery.” Kataku kepada pelayan wanita yang sudah menunggu beberapa menit di sebelahku.
Setelah pelayan itu pergi, keheningan kembali menyeruak di tempat itu. sampai setelah beberapa menit kami membisu milly mengeluarkan suara batuk yang terdengar sangat di paksakan. Hal ini dilakukan oleh milly mungkin untuk memcahkan keheningan yang ada diantara kami. aku menyadari hal itu dan memulai pembicaraan hal yang akan dilakukan oleh cinna dan milly. Walaupun aku sudah tahu kalau cinna akan melanjutkan sekolahnya di Amerika, tapi aku tetap saja bertanya, karena aku sudah kehabisan bahan pembicaraan. Milly menjawab pertanyaanku dia menjawab kalau dia akan melanjutkan sekolahnya di Bandung. Dan begitu juga dengan cinna dia menjawab pertanyaanku dia mengucapkan kalimat yang sama seperti yang dia katakan kepadaku ketika di kelas tadi. Milly sangat kaget mendengarkan jawaban yang di lontarkan oleh cinna sampai dia terbatuk mendengar ini, aku yakin batuk dia yang ini tidak terpakasa seperti tadi. Dia langsung menatap wajah cinna dan berkata “loe yakin mau ke Amerika ? kenapa loe gak bilang dari dulu ?”. tapi cinna terdiam sejenak dan berusaha menjawab pertanyaan milly. Belum sampai di jawab pertanyaan milly pelayan yang tadi datang kembali kemeja kami dan membawakan pesanan kami. setelah pelayan itu meletakan semua pesanan kami dan meninggalkan meja kami, cinna kembali menjawab pertanyaan yang dilontarkan milly kepadanya. “eumm.... gue juga gak tau, sebenernya gue gak mau pergi ke Amrik, tapi gimana bokap gue harus nyelesain pekerjaannya di sana.” Cinna menjawabnya dengan muka yang bekaca-kaca hal yang terlalu terlihat kalau dia sebenarnya ingin mengelurakan air matanya. Aku kembali mencoba meramaikan suasana dengan berkata. “ya udah dulu bahas itunya, sekarang yang penting kita makan dulu, nanti keburu dingin nih nasi gorengnya.” Tapi tak ada yang menggubrisnya. Tapi pada akhirnya mereka memakannya. Tapi disini suasana kembali seperti tadi sepi, seperti ada sesuatu yang mengganjal di mulut kami tapi tak bisa kami keluarkan. Setelah 30 menit berlalu makanan yang ada di atas meja kami sekarang sudah bersih, kami memakan makanan itu dengan tanpa mengeluarakan sepatah katapun tak seperti biasanya. Waktu menunjukan pukul 16:30. Kami memutuskan untuk pulang, dan juga cinna sudah di telpon orangtuanya untuk segera pulang di karenakan cinna di suruh untuk membuat paspor untuk kepergiannya ke Amerka. Rintik hujan mulai membasahi kepala kami, kami langsung berlari menuju halte yang terdapat di depan restoran itu. “berrrrr. Dingin mana gak bawa jaket kepada cinna. “loh..” kata cinna dengan menatap mata tarra. “eumm, kamukan kedinginan ya udah gue kasih jaket, dari pada gue nanti kena marah ayah kamu gimana “ jawabku dengan senyuman. Cinna tak tau harus menjawab apa, dan akhirnya dia memakai jaket itu. di sebelah tarra milly melihat taksi yang segera mendekat, Dan milly langsung memberhentikan taksi itu. kami bertiga masuk kedalam taksi itu dengan rasa kedinginan. Taksi itu berhenti tepat di depan rumah milly. Dan akhirnya tinggal aku dan cinna yang berada di dalam taksi itu. selama perjalanan pulang kami bertiga memang terdiam di dalam taksi,entah mengapa kita hanya terdiam. Tapi ketika milly telah keluar dari dalam taksi itu, suasananya malah semakin sepi. Aku mencoba menyalakan suasana dengan mengeluarka kata yang sebenarnya ingin aku keluarkan semenjak di restoran itu. “kalau kamu pergi mungkin aku akan merasakana kesepian.” Cinna yang mendengar hal itu lang.sung menatap mata tarra. Tak terasa taksi sudah berhenti didepan rumah cinna, langsung cinna keluar dari dalam taksi. Taksi itu langsung kembali melaju di dalam taksi itu terdapat tarra yang terdiam dan berkata “aku suka kamu cinna.”
- BERSAMBUNG-
0 komentar:
Posting Komentar